Bahaya penyedap rasa yang dikenal berbahan baku MSG (Monosodium Glutamate) sudah seringkali di dengar dan diabaikan. Hampir di setiap makanan kemasan terdapat penyedap rasa, terlebih jenis-jenis bumbu dapur.
Isu Penyedap Rasa (MSG) Sebagai Sumber Penyakit
Penggunaan MSG atau dikenal dengan nama vetsin atau micin pada makanan masih menimbulkan kontroversi dalam masyarakat Indonesia. Hal itu dipicu dari sejumlah penelitian yang terkait keamanan penyedap rasa tersebut. MSG dituding sebagai penyebab berbagai keluhan atau penyakit. Misalnya yang disebut dengan istilah Chinese Restaurant Syndrome. Istilah ini berasal dari kejadian ketika seorang dokter di Amerika Serikat yang makan di restoran China, kemudian mengalami mual, pusing, dan muntah-muntah.
Sindrom ini terjadi disinyalir lantaran makanan China mengandung banyak MSG. Ada lagi yang menghubungkan MSG dengan timbulnya sesak napas pada penderita asma.Bahkan, ada yang menuduh MSG menjadi penyebab timbulnya tekanan darah tinggi dan kanker.
Penyedap Rasa MSG Tidak Selamanya Berbahaya
Penggunaan dalam batasan normal, penyedap rasa ini aman digunakan. Sejumlah organisasi kesehatan, lanjut dia,juga menyatakan bahwa penggunaan MSG aman. Misalnya lembaga penasihat ilmiah kepada badan-badan PBB––WHO dan FAO yang disegani yaitu JECFA (Joint Expert Committee on Food Additives),menempatkan MSG pada kategori cukup aman, yakni batasan asupan harian tidak terspesifikasi atau ”Acceptable Daily Intake (ADI) not specified” Begitu juga dengan The United States Food and Drug Administration (USFDA),The Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB),dan American Medical Association (AMA) yang menyebutkan MSG tidak berbahaya.
Penyedap Rasa Menjadi Berbahaya bagi Kesehatan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri telah menentukan batasan penggunaan MSG yaitu secukupnya. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai bumbu masak yang menyedapkan rasa.Batasan ini sama dengan penggunaan garam dan gula dalam masakan.” Semua yang berlebihan tentu tidak baik. Apalagi kalau berlebihan MSG.
Isu Penyedap Rasa (MSG) Sebagai Sumber Penyakit
Penggunaan MSG atau dikenal dengan nama vetsin atau micin pada makanan masih menimbulkan kontroversi dalam masyarakat Indonesia. Hal itu dipicu dari sejumlah penelitian yang terkait keamanan penyedap rasa tersebut. MSG dituding sebagai penyebab berbagai keluhan atau penyakit. Misalnya yang disebut dengan istilah Chinese Restaurant Syndrome. Istilah ini berasal dari kejadian ketika seorang dokter di Amerika Serikat yang makan di restoran China, kemudian mengalami mual, pusing, dan muntah-muntah.
Sindrom ini terjadi disinyalir lantaran makanan China mengandung banyak MSG. Ada lagi yang menghubungkan MSG dengan timbulnya sesak napas pada penderita asma.Bahkan, ada yang menuduh MSG menjadi penyebab timbulnya tekanan darah tinggi dan kanker.
Penyedap Rasa MSG Tidak Selamanya Berbahaya
Penggunaan dalam batasan normal, penyedap rasa ini aman digunakan. Sejumlah organisasi kesehatan, lanjut dia,juga menyatakan bahwa penggunaan MSG aman. Misalnya lembaga penasihat ilmiah kepada badan-badan PBB––WHO dan FAO yang disegani yaitu JECFA (Joint Expert Committee on Food Additives),menempatkan MSG pada kategori cukup aman, yakni batasan asupan harian tidak terspesifikasi atau ”Acceptable Daily Intake (ADI) not specified” Begitu juga dengan The United States Food and Drug Administration (USFDA),The Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB),dan American Medical Association (AMA) yang menyebutkan MSG tidak berbahaya.
Penyedap Rasa Menjadi Berbahaya bagi Kesehatan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri telah menentukan batasan penggunaan MSG yaitu secukupnya. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai bumbu masak yang menyedapkan rasa.Batasan ini sama dengan penggunaan garam dan gula dalam masakan.” Semua yang berlebihan tentu tidak baik. Apalagi kalau berlebihan MSG.
Penggunaan MSG tentu memiliki batasan.Menurut WHO,asupan MSG per hari sebaiknya sekitar 0–120 mg/kg berat badan. Jadi, jika berat seseorang 50 kg, konsumsi MSG yang aman menurut perhitungan tersebut 6 gr (kira-kira 2 sendok teh) per minggu.
Kelebihan MSG dapat mengganggu peredaran darah di otak, pernafasan dan urat syaraf, sehinggga bisa jadi pemicxu stroke.
Reaksi MSG di dalam tubuh
Kelebihan MSG dapat mengganggu peredaran darah di otak, pernafasan dan urat syaraf, sehinggga bisa jadi pemicxu stroke.
Reaksi MSG di dalam tubuh
Asam glutamat dan gamma-asam aminobutrat mempengaruhi transmisi signal didalam otak. Asam glutamat meningkatkan transmisi signal dalam otak, sementara gamma-asam aminobutrat menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi MSG berlebihan pada beberapa individu dapat merusak kesetimbangan antara peningkatan dan penurunan transmisi signal dalam otak. Oleh karena itu, pada akhir tahun 1970, perusahaan-perusahaan makanan bayi bersepakat untuk tidak memasukkan unsur MSG ke produk-produk makanan bayi.
Kesimpulan:
Bahan makanan tidak mengandung MSG pun bisa berbahaya bagi kesehehatan, misal lemak jenuh dan kolestreol yang bisa menyumbat peredaran darah dan pemicu penyakit urat syaraf, dan pemicu kanker terutama di usia tua.
Jadi lebih baik kurangi penggunaan MSG, menggunakan bahan-bahan alami sebagai bumbu dapur makanan organik tentu sangat lebih baik.
Jadi lebih baik kurangi penggunaan MSG, menggunakan bahan-bahan alami sebagai bumbu dapur makanan organik tentu sangat lebih baik.
Referensi:
-http://lppm.ipb.ac.id
-http://lppm.ipb.ac.id
-http://bikinngiler.wordpress.com/2011/05/19/mengenal-bahaya-mengkonsumsi-penyedap-rasa-yang-ber-msg/
-http://log.viva.co.id/news/read/359990-bahaya-msg-bagi-kesehatan
0 komentar:
Posting Komentar